.::Salam Hangat Satu Jiwa Untuk Semua::.

Jumat, 04 Maret 2016

Move On, Why Not?


Kata Move On atau yang bisa di artikan hijrah mempunyai beberapa definisi yang luas dan sesuai dengan kebutuhannya. Ada yang mengartikan kata trsebut dengan kata berpindah, ada juga yang mengartikan metamorphosis, bahkan bagi yang baru saja mengakhiri hubungan bisa juga bermakna mencari pasangan yang baru. 

Hijrah secara bahasa atau lughot bermakna berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan menurut arti yang lain hijrah bisa diartikan berubah, beberapa teori perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang direncanakan yaitu suatu usaha secara sistematik untuk mendesain ulang suatu hal dengan cara melakukan adaptasi pada perubahan yang terjadi dilingkungan eksternal maupun internal untuk mencapai sasaran baru.

Fenomena hijrah mulai dikenal setalah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari kota mekkah ke madinah pada tahun. Dewasa ini makna hijrah berkembang sesuai dengan kondisi dan pemahaman mayarakat namun tetap memiliki essensi yang sama yaitu menuju suau hal yang lebih baik. Menukil dari kitab arbain naawawi hadits pertama halam 1 yang berbunyi 

فمن كانت هجرته إلا الله و رسوله ..........الخ

Artinya : maka adapun seseorag yang hijrah kepada allah dan rosulnya……………

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa essensi hjrah bukan hanya sekedar berpindah dari satu tempat ke tampat yang lain, yang berarti hanya berpindah secara lahiriyah. Namun secara keseluruhan harus berpidah juga - keilmuan, pengetahuan, keimanan.
Dalam pengelompokannya hijrah dipilah menjadi 2 yatu:
 
1. Hijrah lahiriya 
Kata lahiriyah secara bahasa bermakna fisik, atau hal-hal yang bisa dirasa oleh panca indra. Seperti yang semula bayi berkembang menjadi remaja, yang semula kasar menjadi halus, yang semula kurang cantik menjadi cantik, dan lain sebagainya. Hijrah lahiriyah diharuskan ketika ada beberapa hal yang mewajibkannya dan dirasa perlu untuk melakukannya,  kondisi lingkungan yang dikhawatirkan berdampak bagi penghuninya seperti di tempat prostitusi maka di haruskan untuk hijrah ketempat yang lebih baik, karena dikhawatirkan akan mengangganggu proses tumbuh kembang, bahkan psikologi penghuninya. 

2. Hijrah batiniyah 
Batiniyah diambil dari kata “batin” yang berarti berhubungan dengan spiritual seseorang, atau hal-hal yang mendukung tumbuhnya nilai spiritualitas. Hijrah batiniyah diwajibkan setiap individu, karena dalam proses ini berhubungan dengan spirit kehambaan antara manusia dan Tuhan.


Maka konsep hijrah meliputi hijrah lahiriyah dan hijrah batiniyah, keduanya merupakan sebuah kesatuan yang berjalan beriringan satu sama lain, sehingga dalam pelaksanaannya menimbulkan proses kehambaan yang seutuhnya. 

Seseorang bisa dikatakan hijrah ketika mereka benar-benar memiliki himmah -keinginan yang kuat-  untuk melakukannya dan secara nyata baik dari segi lahiriyah maupun batiniyah, tentunya tidak bertolak belakan dengan akal dan hati.

Waallahualam bishowab

*jami’yyah SAIMA[1] 



[1] Refleksi Diskusi tentang HIJRAH pada  hari senin tanggal 29 February 2016

Senin, 17 Februari 2014

Bagaimana Tidak Malu

Kurang lebih 4 tahun sudah aku melancong negeri seribu benteng. Apa kabar negeri seharga 7000 dirham dari Maroko?, negeri yang konon mempunyai beribu pulau dan budaya yang berbeda. Tahun pertama, aku belajar memainkan gamelan jawa, ini adalah kali pertamanya aku memainkan alat tersebut. sungguh malu rasanya.

Bagaimana tidak malu!!! kesenian yang seharusnya aku lestarikan disana, ternyata harus ketemui disini dan belajar mengenalnya, meskipun hanya memainkan gong di sebuah pementasan. Oke lanjut ke tahun selanjutnya. Yang semula dari pemain band jawa, berpindah ke penari payung, poco-poco, saman, dll.

Ini ceritanya orang Indonesia yang di indonesia di negeri lain. bertambah malu pula kalau mengingatnya lagi. Bagaimana tidak malu!!! yang semula ngomong ceplas-ceplos pake bahasa jawa kasar, sekarang harus ngadepin orang jawa dengan bahasa sedikit lebih halus, ehmm.. bahkan sangat halus sampai tak terlihat dan tak memahami maksudnya heuheu...

Belajar mengenal Indonesia lewat budaya membuatku terkerdilkan. Nanti kalau di tanya orang maroko "kamu dari mana?" pengennya jawab dari negara lain, karena malu kalau di tanya tetang Indonesia ndak bisa jawabnya. Yang aku sesalkan kenapa pelajaran bahasa jawa dan termasuk budayanya semakin menghilang. Mau jadi apa klo banyak yang seperti saya di Indonesia ini. #Respect

Yang ini resapi buat diri sendiri

"فالواجب على العالمين ان لا يقولوا إلّا من حيث علموا"
 
Ini saya maknai sesuai pemahaman saya, mohon maaf klo ada salah arti atau yang lain. kurang lebih seperti ini "Maka diharuskan bagi kita yang berilmu tidak berbicara tentang suatu perkara, kecuali kita menguasai perkara tersebut" klo di koreksi sendiri. berarti selama ini? hahah cukup saya saja yang tau. kalimat ini ada di kitab ar-Risalah Imam Asy-Syafi'i. pengarang D. Naji suwaidi (klo ndak salah seperti itu bacanya) halaman 27 di bab " al-Bayani al-Khomis" tetang qiyas.

Tapi kalau menurut saya, ini lebih cocok buat kita yang sok tau tetang semua hal padahal kita tidak mengusai hal tersebut. Lain kali jangan ngomong yang bukan sesuai kadar kita. tinggal bilang "maaf saya belom mengetahuinya" ini seperti pepatah lama"Tong kosong nyaring bunyinya, banyak bicara dangkal ilmunya" mohon maaf ini saya ruba sendiri, meskipun keliatan ndak nyambung.

oke. kapan-kapan kita sambung lagi. Cukup resapi buat diri sendiri. alangkah bijaknya kalau kita belajar serta berbagi, sambil merenungi dan men-sinkron-kan dengan tingkah laku kita. Allahu a'lam bishowab.